Senin, 30 Juni 2014

PEROLEHAN AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTANNYA



TUGAS RESUME
AKUNTANSI KEUANGAN 1

Dosen : Ratna Wijayanti DP,SE.,MM


PEROLEHAN AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTANNYA



 












SITI MAKHFIDAH / 212131622




Program Studi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA GAMA LUMAJANG


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono Jusup, 2005; 153).
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yan berumur lebih dari satu tahun yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual kembali (Wit & Erhans, 2000; 82).
Aset tetap adalah aset berwujud yang (Slamet Sugiri, 2009; 137) :
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penydiaan barang atau jasa
         untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

 1. Klasifikasi Aktiva Tetap
Aktiuva tetap biasanya digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu (Haryono Jusup, 2005; 155):
a.    Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung    
perusahaan
b.    Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat
parker, pagar dan saluran air bawah tanah
c.    Gedung : seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan
gudang
d.    Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik
kendaraan dan mebel

 2. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap
Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.
Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan (Haryono Jusup, 2005; 155)
Harga perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya dan menyiapkan aktiva tetap tersebut sampai siap digunakan (Wit & Erhans, 2000; 82).
Cara perolehan aktiva tetap ini akan mempengaruhi akuntansi daripada aktiva tetap, khususnya mengenai masalah biaya perolehannya sampai dengan aktiva tetap ditetapkan dan siap dipergunakan. Berikut akan diuraikan tiap cara dari perolehan aktiva tetap ini
a.    Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian tunai akan memerlukan uang kas. Pengeluaran yang menjadi biaya perolehan aktiva tetap tersebut adalah harga aktiva itu sendiri ditambah dengan segala biaya yang menyangkut padanya, seperti pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya uji coba, dan biaya lain- lain. Biaya- biaya di atas merupakan biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Biaya yang dibebankan pada pembelian tanah sebagai contoh, selain daripada harga dasar tanah itu sendiri termasuk juga biaya- biaya seperti: komisi bagi perantara, pengukuran tanah, pematangan tanah, penelitian, sertifikat tanah, dan biaya lain- lain yang menyangkut pembeliannya.
Biaya yang dimaksudkan dalam pembelian aktiva tetap lainnya, seperti bangunan, kendaraan, dan lain-lain akan sama dengan aktiva yang disebutkan di atas yaitu biaya- biaya yang memungkinkan aktiva tersebut siap untuk dipergunakan. Jika aktiva yang dibeli merupakan barang bekas, selalu dibebankan pula biaya onderdil yang baru yang diperlukan, biaya perbaikan, jika perlu biaya pengecatan dan biaya lain-lain, yang dinilai dapat menambah nilai guna dan umur manfaat aktiva tetap tersebut sehingga dapat dipergunakan secara maksimal
b. Pembelian dengan Kredit
Apabila aktiva diperoleh dengan pembelian angsuran untuk beberapa jangka waktu yang cukup lama, maka perhitungan biaya perolehannya bergantung pada kontrak jual- belinya. Pada pembelian yang demikian selalu dikenakan bunga, dan bunga atas pembelian angsuran tersebut dibebankan pada biaya bunga, tidak termasuk dalam biaya perolehan aktiva. Dengan kata lain perolehan aktiva tetap ini sama dengan cara perolehan aktiva tetap melalui pembelian tunai
c. Pertukaran dengan aktiva lain
Selain dengan pembelian tunai dan angsuran, aktiva tetap juga dapat diperoleh dengan mempertukarkan aktiva tetap dengan suatu aktiva tetap lainnya baik yang sejenis ataupun tidak. Suatu aktiva yang diperoleh degan tukar-tambah, harga aktiva yang baru (pengertian baru disini, tidak senantiasa barang yang belum pernah dipakai) dinilai dengan harga pasarnya. Perbedaan harga antara aktiva yang baru dan nilai buku aktiva yang lama akan merupakan keuntungan atau kerugian dalam pertukaran kedua aktiva ini. Apabila aktiva yang baru ini dibeli dengan tunai, maka biaya perolehan dari aktiva ini adalah jumlah uang tunai yang dikeluarkan, sedangkan selisih harga aktiva baru dan nilai buku aktiva lama akan merupakan keuntungan ataupun kerugian.
d. Membuat sendiri
Adakalanya aktiva dalam perusahaan diperoleh dengan cara membuat sendiri. Ini selalu dilakukan karena biaya perolehannya akan lebih rendah atau kualitas yang lebih baik daripada membeli. Dalam hal ini, ada bermacam-macam biaya yang ditimbulkan dalam proses pembuatan sendiri aktiva tetap, hingga aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan perusahaan dalam proses produksi.
Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan dalam menjalankan operasi bisnisnya:
a. Mamanfaatkan fasilitas yang menganggur,
b. Menghemat biaya konstruksi,
c. Mencapai standard kualitas konstruksi yang lebih tinggi,
d. Agar dapat segera dioperasikan.
Dalam hal ini, biaya perolehan aktiva tetap merupakan seluruh biaya- biaya pembuatannya, bahan baku, tenaga kerja dan biaya tidak langsung lainnya yang merupakan biaya- biaya di luar daripada biaya operasi perusahaan sehari-hari.
e. Sewa guna usaha
Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang- barang modal untuk digunakan oleh suatu entitas usaha dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran- pembayaran secara berkala disertai hak pilih (option) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha setelah berakhirnya masa sewa guna.
Ada dua kemungkinan yang sering digunakan:
a. Sewa guna usaha dianggap sebagai persetujuan sewa- menyewa (operating lease), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha tidak memiliki hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
b. Sewa guna usaha dianggap sebagai transaksi pembelian/ penjualan (finance lease), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.
f. Pertukaran dengan sekuritas
Perusahaan bisa mendapatkan aktiva tetapnya melalui pertukaran dengan surat- surat berharga atau sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan, baik berupa sekuritas hutang maupun sekuritas saham. Pada dasarnya, nilai perolehan aktiva yang didapat melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas harus diukur berdasarkan:
a. Harga pasar dari sekuritas yang diserahkan dalam transaksi,
b. Harga pasar yang didapat.
Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas biasanya terjadi dalam rangka merger atau akuisisi.
g. Pemberian atau hadiah
Aktiva yang diperoleh sebagai pemberian atau hadiah dari pihak lain, sebenarnya tidak memiliki pengeluaran biaya. Kalaupun ada biaya yang dikeluarkan, biaya tesebut merupakan biaya yang muncul dalam rangka memperolehnya dan jumlah biaya tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan nilai daripada aktiva itu sendiri.
Meskipun demikian, karena aktiva ini dipergunakan dalam operasi bisnis perusahaan, maka aktiva ini harus mempunyai biaya perolehan dalam rangka pembebanan penyusutannya (depreciation). Pada umumnya dalam hal ini, aktiva tetap harus dinilai biaya perolehannya dan dibukukan sebagai aktiva tetap dengan nilai buku. Penilaian biaya perolehan ini merupakan penambahan kekayaan perusahaan, atau menjadi sumber penambahan modal. Dalam pembukuan, hal ini diseimbangkan dengan perkiraan modal donasi (donation capital account) pada sisi kredit

B.    Depresiasi (Penyusutan)
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis (Haryono Jusup, 2005; hal 162).
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya.
Depresiasi/ penyusutan bukan merupakan penilaian aktiva tetap tetapi merupakan proses pengalokasian harga perolehan. Alokasi dilakukan sepanjang umur manfaat yang dapat berupa periode waktu atau jumlah produksi/unit yang diharapkan akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut.
Akumulasi depresiasi aktiva tetap menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.

a. Akuntansi untuk penyusutan
Terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan :
1. Harga perolehan (cost)
Harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.
2. Nilai residual atau nilai sisa (residual value / salvage value)
Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan lagi
3. Masa atau umur manfaat aktiva tetap
Aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor seperti keausan, kecacatan, kemerosotan nilai, kerusakan (kecuali tanah)
b. Metode penyusutan
Ada 4 metode penyusutan aktiva tetap yang dikenal secra umum yaitu:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
2. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method) atau satuan hasil
3. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
4. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits Method)
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)                                                            Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.                                                 Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor
Rumus: Harga Perolehan - Taksiran Nilai Residu
Estimasi Umur Manfaat
Contoh (1) (dipakai pada awal tahun):
Harga perolehan Mesin (rupiah)              20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu)                0
Taksiran umur manfaat (tahun)               5
Tanggal pemakaian                                 01 Jan’95
Maka besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
                5 thn 
        = 4.000 per tahun
Jika dibuat tabel penyusutannya, akan nampak seperti dibawah ini:

Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
0
                                20.000
1
4.000
4.000
16.000
2
4.000
8.000
12.000
3
4.000
12.000
8.000
4
4.000
16.000
4.000
5
4.000
20.000
0


Jurnal penyusutan di tahun pertama (3 bulan) tahun1995:
 31 Beban penyusutan - Mesin 1.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 1.000
Nb: Untuk tahun ke 2 s/d ke 6 juga dibuat jurnal yang sama, nilainya diambil dari tabel penyusutan kolom beban penyusutan.

2. Metode Unit Produksi
Menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah penggunaan aktiva.
Rumus: Harga Perolehan - Taksiran Nilai Sisa
Estimasi Jam Mesin
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah)         20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu)           0
Estimasi jam mesin (jam)                   10.000
Maka besarnya penyusutan per unit satu jam mesin:
20.000 - 0
Besarnya penyusutan   =      --------------     = Rp 2 (penyusutan per jam )
10.000 jam
Misalkan di tahun pertama telah digunakan sebanyak 3.000 jam maka besarnya penyusutan adalah:
Besarnya penyusutan ditahun pertama = 3.000 jam x Rp 2 = 6.000
Jurnal
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 6.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 6.000

3. Metode Saldo Menurun
Menghasilkan beban penyusutan periodik yang semakin menurun sepanjang umur estimasi aktiva.
Dalam metode ini nilai residu (nilai sisa) tidak diperhitungkan.
Persentase yang digunakan adalah perkalian atas tingkat garis lurus yang dikalkulasikan untuk berbagai masa manfaat sebagai berikut:



Estimasi Masa Manfaat Dalam Tahun
Tarif Garis
Lurus
Tarif Garis Lurus 1,5 kali
Tarif Garis
Lurus
2 Kali
4
25 %
37,5 %
50 %
5
20 %
30 %
40 %
10
10 %
15 %
20 %
20
5 %
7,5 %
10 %

Penjelasan perhitungan
untuk estimasi masa manfaat selama 4 tahun.

Tarif garis lurusnya = (1/4) x 100% = 25%    
Jika memakai 1,5 kali tarif garis lurus maka = 25% x 1,5 = 37.5%
Jika memakai 2 kali tarif garis lurus maka= 25% x 2 = 50%
Prinsip akuntansi untuk metode saldo menurun yang dipakai adalah saldo menurun berganda, berarti memakai 2 kali tarif garis lurus.
Contoh (1): (dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah)         20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu)           0
Taksiran umur manfaat (tahun)          5
Tanggal pemakaian                            01 Jan’95
        Sebelum membuat tabel penyusutan, tentukan dulu tarifnya dengan cara:
2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40%
Table Penyusutan
Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
0
                                  20.000
1
(20.000 x 40%) = 8.000
8.000
12.000
2
(12.000 x 40%) = 4.800
12.800
7.200
3
(7.200 x 40%) = 2.880
15.680
4.320
4
(4.320 x 40%) = 1.728
17.408
2.592
5
(2.592 x 40%) = 1.037
18.445
1.555

4. Metode Jumlah Angka Tahun
Beban penyusutan periodik yang stabil menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu.
Pecahan yang semakin kecil berturut-turut diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva itu dikurangi estimasi nilai residu.
Dalam metode ini, harus dihitung dulu jumlah penyebutnya dengan rumus:            (N + 1)
S= N x -----------
                  2
S = Penyebut N = taksiran umur manfaat
Contoh (1): (dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah)         16.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu)            1.000
 umur manfaat (tahun)                          5
Tanggal pemakaian                              01 Jan’95
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulu :
               S = 5 * ((5 + 1) / 2)       
   S = 15
atau dengan cara lain yaitu:
   S = 5 + 4 + 3 + 2 + 1
   S = 15
Tabel Penyusutan
Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
0
                                  16.000
1
5.000
5.000
11.000
2
4.000
9.000
7.000
3
3.000
12.000
4.000
4
2.000
14.000
2.000
5
1.000
15.000
1.000

 


Daftar Pustaka
Oliver Francois Tambunan.2013.Perolehan Aktiva Tetap.(www. Perolehan Aktiva
         Tetap _ Oliver Francois Tambunan.html  diakses 28 Desember 2013).
2013.Modul Aktiva Tetap.diakses 28 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar