TUGAS
RESUME
AKUNTANSI
KEUANGAN 1
Dosen
: Ratna Wijayanti DP,SE.,MM
PERSEDIAAN
![]() |
SITI MAKHFIDAH / 212131622
Program
Studi Akuntansi
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA GAMA LUMAJANG
BAB I
PERSEDIAAN
A.
Definisi
Persediaan
Persediaan adalah salah
satu aset lancar signifikan bagi perusahaan pada umumnya, terutama perusahaan
dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan, pertambangan, kontraktor bangunan,
dan penjual jasa tertentu. Hal ini menyebabkan akuntansi untuk persediaan
menjadi suatu masalah penting bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Menurut IAS No.2 inventory dan PSAK
No.14 persediaan :
Persediaan adalah :
a.
Tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b.
Dalam
proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
c.
Dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies)
untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Terdapat beberapa poin penting terkait
dengan definisi tersebut diatas :
1.
Persediaan
merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Ini
berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset yang memang
selalu dimaksudkan untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
2.
Perlengkapan
yang dimaksudkan sebagai persediaan adalah perlengkapan yang digunakan dalam
proses produksi, sehingga perlengkpan kantor (seperti alat tulis kantor) dengan
tujuan untuk digunakan administrasi kantor dan bukan untuk dijual, bukanlah
bagian dari persediaan.
3.
Perlengkapan
tersebut juga harus merupakan perlengkapan yang digunakan secara regular dalam
proses produksi dan bukan perlengkapan yang hanya bisa digunakan bersamaan
dengan aset tetap.
PSAK 14 tidak ditetapkan
untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh produsen produk agrikultur dan
kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral dan produk mineral
(sepanjang produk tersebut diukur pada nilai realisasi bersih sesuai dengan
praktik yang berlaku diindustri tersebut) dan juga tidak berlaku untuk pialang
dagang komoditas yang mengukur persediaannnya pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual.
Klasifikasi
persediaan tergantung dari jenis usaha
entitas. Perusahaan dagang lazimnya hanya mempunyai persediaan barang dagang.
Sedangkan perusahaan manufaktur mengelompokkan persediaan sebagai berikut :
1.
Persediaan
barang jadi, yaitu barang yang setelah selesai diproduksi dan siap untuk
dijual.
2.
Persediaan
barang dalam proses, yaitu barang yang
sedang dalam proses produksi.
3.
Persediaan
barang mentah atau bahan baku, yaitu barang yang akan menjadi input dalam
proses produksi.
B.
Akuntansi
untuk Persediaan
Nilai persediaan suatu
perusahaan pada suatu tanggal tertentu berdasarkan hasil perkalian dua faktor
yaitu jumlah kuantitas atau unit fisik yang ada pada tanggal tersebut dan biaya
perolehan per unit barang persediaan yang bersangkutan :
Nilai persediaan = kuantitas (jumlah unit)
* biaya perolehan satuan
Akuntansi persediaan pada dasarnya
membahas dua masalah pokok yaitu :
a.
Metode
penetuan kuantitas atau jumlah unit persediaan yang dimiliki perusahaan pada
suatu waktu.
b.
Metode
penilaian persediaan.
Metode
Penetuan Kuantitas Persediaan
Berapa banyak jumlah
barang yang tersedia untuk dijual atau dipakai yang dimiliki perusahan pada
suatu waktu tertentu adalah sangat penting untuk diketahui dalam mengelola suatu
perusahaan, dan tentunya juga harus diketahui ketika penyusutan laporan
keuangan. Dalam menentukan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan, selain
keberadaan fisik barang, juga sangat penting untuk dipahami apakah barang yang
tersedia secara fisik memang milik perusahaan, dan sebaliknya juga harus
diperhatikan barang dalam perjalan atau barang konsinyasi yang telah atau masih
merupakan milik perusahaan. Sehubungan dengan itu perlu dipahami dengan baik
peraturan hukum dagang yang berlaku dan perjanjian jual beli yang telah dibuat
dengan rekanan.
Dalam
dunia usaha pada lazimnya dikenal beberapa syarat secara serah terima
kepemilikan (ownership) barang yang
diperdagangkan sebagai berikut ;
·
FOB
(free on board) shipping point : barang menjadi milik pembeli ketika dinaikkan ke
kapal dipelabuhan pengiriman.
·
Fob
(free on board) destination : barang menjadi milik pembeli ketika diturunkan dari
kapal dipelabuhan tujuan.
Berkaitan dengan persyaratan
jual beli, dikenal barang dalam perjalanan, yaitu barang yang terjual dan sudah
dikirim tapi masih belum sampai ditempat tujuan sesuai perjanjian, sehingga hak
milik belum pindah tangan, atau barang yang dibeli dan sudah menjadi milik
perusahaan tapi masih belum tiba diperusahaan. Jadi barang yang ada diperusahaan
belum tentu dimiliki, dan sebaliknya barang yang dimiliki belum tentu berada
diperusahaan.
Persediaan
barang konsinyasi yang dititipkan untuk dijual adalah masih merupakan
persediaan milik penitip barang dagangan (consignor).
Dalam transaksi penjualan cicilan, harus diperhatikan isi perjanjian dan
taksiran kemampuan pelunasan. Jika entitas dapat mengestimasi berapa persen
yang tidak dapat dilunasi, maka persediaan dapat dianggap sudah terjual.
Selain
itu, terkadang entitas melakukan penjualan barang dagangan dengan perjanjian
untuk membeli kembali barang tersebut dikemudian hari. Dalam hal ini perlu
dianalisis isi dari perjanjian untuk mengetahui apakah secara substansial dari
pembeli ke penjual. jika penjual tetap mempertahankan resiko dan manfaat
kepemilikan barang dagangan tersebut, walaupun secara fisik telah dialihkan,
maka transaksi tersebut merupakan transaksi pendanaan dan persediaan tetap
dicatat oleh entitas penjual.
Metode
Pencatatan Periodeik dan Perpetual
·
Metode
periodik
Dalam metode periodik,
jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodic) dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalihkan
jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang
ada pada saat itu. Dalam metode ini, setiap kali ada pembelian persediaan akan
dicatat pada akun pembelian. Sedangkan pada saat penjualan hanya dibukukan
penjualan sejumlah harga penjualan, dan tidak dihitung harga pokok penjualan
untuk setiap transaksi. Pada akhir periode usaha untuk menyusun laporan keuangan
harus diperhitungkan fisik persediaan untuk mengetahui nilai persediaan akhir
dan harga pokok penjualan.
Kelebihan
menggunakan metode periodik adalah mudah untuk diterapkan. Sedangkan
kelemahnnya adalah perusahaan tidak mengetahui dengan pasti kuantitas dan total
biaya perolehan persediaan sampai dilakukannya penghitungan fisik.
·
Metode
perpetual
Dalam metode perpetual,
catatan persediaan selalu dimutakhirkan (update)
setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan
selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaannya setiap saat.
Setiap
kali dilakukan pembelian barang maka perusahaan akan mendebitkan akun
persediaan (bukan akun pembelian). Setiap kali terjadi penjualan, selain
membukukan penjualan sejumlah harga jual, sekaligus juga dihitung dan dibukukan
harga pokok penualan dengan mengurangi
langsung akun persediaan sejumlah harga pokok, dengan mendebit akun harga pokok
penjualan dan mengkredit akun
persediaan. Untuk dapat melaksanakan metode perpetual, akun kontrol persediaan
harus ditunjang dengan buku tambahan persediaan untuk mencatat setiap arus
masuk keluar masing-masing jenis barang baik unit maupun harga satuan.
Tapi
untuk meningkatkan pengendalian intern, penghitungan fisik sebaiknya tetap
dilakukan, walupun perusahaan menggunakan metode perpetual. Mengapa? Karena
metode apapun yang digunakan oleh perusahaan, selalu ada resiko barang yang
hilang atau kesalahan dalam pencatatan yang menyebabkan terdapat perbedaan
antara catatan persediaan dan nilai aktual persediaan. Sebaliknya bila
digunakan metode penghitungan fisik, tetap harus dibuat kartu gudang dan buku
tambahan persediaan untuk mencatat arus barang dan harga pokok setiap
pembelian, selain untuk tujuan pengendalian, juga akan memudahkan menghitung
nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan pada akhir periode.
C.
Asumsi
Arus Biaya
Penilaian persediaan dan
harga pokok penjualan berdasarkan biaya perolehan dapat dilakukan dengan 3
macam metode :
·
Identifikasi
khusus (specific identification)
·
Rata-rata
(average)
·
Masuk
pertama keluar pertama (MPKP/FIFO)
Identifikasi
Khusus
Metode identifikasi khusus
lazimnya diaplikasikan untuk perdagangan atau produksi barang dagang yang
khusus atau unik dan lazimnya bernilai tinggi. Misalnya barang antik karya
seni, intan mustika, gaun pengantin yang dirancang khusus, bangunan rumah,
bangunan kantor, kevling tanah menurut lokasi atau ukuran dan lain produk
terancang secara khusus
Rata-Rata
Dalam metode rata-rata
atau metode rata-rata tertimbang biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan
awal dan pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual, untuk mendapatkan
biaya rata-rata per unit. Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan
periodik, maka biaya rata-rata per unit akan dihitung diakhir periode saja.
Sedangkan dalam metode pencatatan perpetual, setiap kali dilakukan pembelian
maka akan dihitung biaya rata-rata per unit yang baru. Untuk metode pencatatan
perpetual, asumsi arus biaya rata-rata dikenal dengan nama metode biaya
rata-rata bergerak (moving averagemethod).
Karena
metode pencatatan periodik menghitung biaya rata-rata hanya 1 kali saja diakhir
periode sedangkan metode pencatatan perpetual menghitung biaya rata-rata setiap
kali terjadi pembelian, maka nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan berbeda antara metode
pencatatan periodik dan metode pencatatan perpetual.
Masuk
Pertama Keluar Pertama (First in First out – FIFO)
Metode ini mengasumsikan
bahwa barang yang pertama dibeli merupakan barang yang pertama dijual.
Keunggulan metode ini terletak pada nilai persdiaan yang dilaporkan dilaporan
diposisi keuangan (neraca). Karena barang yang dibeli pertama diasumsikan dijual
pertama, maka nilai barang yang dilaporkan
sebagai persediaan dineraca mencerminkan harga perolehan yang terbaru,
sehingga dalam keadaan perputaran persediaan normal, nilai persdiaan dineraca
lazimnya lebih mendekati nilai sekarang dari persediaan. Tetapi, kelemahan metode ini adalah pada nilai harga pokok
penjualan yang dilaporkan dilaporan laba/rugi. Harga pokok penjualan merupakan
biaya perolehan masa lalu yang ditandingkan dengan pendapatan sekarang.
Sehingga bila tingkat inflasi cukup tinggi dapat timbul laba semu, terutama
untuk barang yang perputarannya agak lambat.
Metode
ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang
sama , baik menggunakan metode pencatatan periodik maupun pencatatan perpetual.
Masuk
Terakhir Keluar Pertama (Last in First out – LIFO)
Dalam metode ini,
diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah barang yang dijual pertama,
sehingga persediaan yang tersisa dipersediaan akhir adalah barang yang paling
awal diperoleh. Hal ini umumnya tidak mencerminkan penyajian yang handal dari
arus aktual persediaan. IAS 2 dan PSAK 14 melarang menggunakan metode LIFO.
Penggunaan
LIFO dalam pelaporan keuangan sering kali disebabkan karena faktor pajak. Dalam
keadaan tren harga barang menunjukkan kenaikan, khususnya dalam inflasi, metode
LIFO umumnya menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi dan laba bersih
yang lebih rendah dibandingkan metode lainnya, sehingga beban pajak perusahaan
lebih rendah.
Oleh
karena itu IASB memutuskan untuk menghilangkan metode LIFO karena metode
tersebut secara umum tidak mencerminkan penyajian yang handal dari arus akrual
persediaan. Dibeberapa Negara, penggunaan metode LIFO diperbolehkan untuk
tujuan pajak hanya jika metode tersebut juga digunakan untuk tujuan akuntansi.
Tetapi ISAB berpendapat pertimbangan pajak tidak menjadi dasar konseptual yang
memadai untuk memilih perlakuan akuntansi
yang sesuai, sehingga tidak dapat diterima untuk memperbolehkan perlakuan
akuntansi yang inferior semata-mata karena peraturan perpajakan dinegara-negara
tertentu.
D. Penilaian Persediaan Selain Arus Harga
Pokok
Dalam pendekatan ini ada dua metode
yang digunakan, yaitu:
a. Metode Laba Kotor
Metode laba kotor ini
bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena
keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi
bencana kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada
persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa
tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) mengestimasi nilai penjualan tahun
berjalan,
2) menghitung nilai harga pokok
penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan
3) menghitung estimasi nilai
persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan
b. Metode Ritel/ Meetode Eceran
(Retail Method)
Metode eceran ini menilai
persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir
berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui
dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual
dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian
rasio yang diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan
pendekatan eceran.
Bab II
SOAL IKHTISAR
Contoh Soal :
Tanggal
|
Keterangan
|
Kuantitas
|
Harga
|
|
2 Januari
|
Persediaan awal
|
200 unit
|
Rp 9.000.00
|
Rp 1.800.000
|
10 Maret
|
Pembelian
|
300 unit
|
Rp 10.000.00
|
Rp 3.000.000
|
5 April
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp 15.000.00
|
Rp 3.000.000
|
7 Mei
|
Penjualan
|
100 unit
|
Rp 15.000.00
|
Rp 1.500.000
|
21 September
|
Pembelian
|
400 unit
|
Rp 11.000.00
|
Rp 4.400.000
|
18 November
|
Pembelian
|
100 unit
|
Rp 12.000.00
|
Rp 1.200.000
|
20 November
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp 17.000.00
|
Rp 3.400.000
|
10 Desember
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp 18.000.00
|
Rp 3.600.000
|
ð
Hitunglah
nilai persediaan akhir (per 31 Desember 2012) sistem periodic dan sistem
perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average (rata-rata)!
ð
Hitung
harga pokok penjualan sistem periodic dan sistem perpetual !
Jawaban :
1.
a) Sistem FIFO - Periodik
Persediaan awal (2 Jan
2001) 200 unit *
9000 = 1.800.000
Pembelian 300
unit * 10000 = 3.000.000
Pembelian 400
unit * 11000 = 4.400.000

Barang
siap dijual
1000 unit 10.400.000
Penjualan 200
unit * 15000 = 3.000.000
Penjualan 100
unit * 15000 = 1.500.000
Penjualan 200
unit * 17000 = 3.400.000

700
unit 11.500.000
Jadi persediaan akhir =
1000 unit – 700 unit
=
300 unit
Nilai persediaan akhir 500 unit (FIFO- Periodik)
100 unit * 12000
= 1.200.000

300 unit 3.400.000
b).sistem LIFO – Periodik
200
unit *
9000 = 1.800.000

300 unit 2.900.000
c). Sistem Average – Periodik
=harga pokok barang
siap dijual : jumlah unit
= 10.400.000 : 1000
= 10.400
Persediaan
akhir = 300 unit * 10.400
= 3.120.000
2. a) Sistem FIFO – Perpetual
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga pokok
penjualan
|
Persediaan
|
||||||
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
07/05
|
-
|
-
|
-
|
100
|
10.000
|
1.000.000
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
21/09
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
10/12
|
-
|
-
|
-
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
Total
|
800
|
-
|
8.600.000
|
700
|
-
|
7.000.000
|
300
|
-
|
3.400.000
|
b) Sistem LIFO – Perpetual
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga pokok
penjualan
|
Persediaan
|
||||||
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10000
|
2.000.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
300
|
10.000
|
1.000.000
|
07/05
|
-
|
-
|
|
100
|
10000
|
1.000.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
21/09
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
100
|
11.000
|
1.100.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
300
|
11.000
|
3.300.000
|
10/12
|
-
|
-
|
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
|
|
-
|
|
|
|
|
100
|
1.1000
|
1.100.000
|
Total
|
800
|
|
8.600.000
|
700
|
|
7.500.000
|
300
|
|
2.900.000
|
c). Sistem Average – Perpetual
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga pokok
penjualan
|
Persediaan
|
||||||
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
Unit
|
Harga
|
Total harga
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
500
|
9600
|
4.800.000
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9600
|
1.920.000
|
300
|
9600
|
2.880.000
|
07/05
|
-
|
-
|
-
|
100
|
9600
|
1.960.000
|
200
|
9600
|
1.920.000
|
21/09
|
400
|
11000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
600
|
10.530
|
6.320.000
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
700
|
10.740
|
7.520.000
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10740
|
2.148.000
|
500
|
10.740
|
5.372.000
|
10/12
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10740
|
2.148.000
|
300
|
10.740
|
3.224.000
|
Total
|
800
|
-
|
8.600.000
|
700
|
-
|
7.176.000
|
300
|
-
|
3.224.000
|
2. Harga pokok penjualan
a) Harga pokok penjualan sistem Periodik
|
FIFO
|
LIFO
|
Average
|
Persediaan
|
1.800.000
|
1.800.000
|
1.800.000
|
![]() |
8.600.000
|
8.600.000
|
8.600.000
|
Barang siap dijual
|
10.400.000
|
10.400.000
|
10.400.000
|
![]() |
(3.400.000)
|
(2.800.000)
|
(3.120.000)
|
HPP
|
7.000.000
|
7.600.000
|
7.280.000
|
b) Harga pokok penjualan sistem Perpetual
|
FIFO
|
LIFO
|
Average
|
Persediaan
|
1.800.000
|
1.800.000
|
1.800.000
|
![]() |
8.600.000
|
8.600.000
|
8.600.000
|
Barang siap dijual
|
10.400.000
|
10.400.000
|
10.400.000
|
![]() |
(3.400.000)
|
(2.900.000)
|
(3.224.000)
|
HPP
|
7.000.000
|
7.500.000
|
7.176.000
|
Daftar Pustaka
Kartikahadi, Hans. dkk.2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis
IFRS. Jakarta : Salemba Empat.
dialkses
tanggal 2 Desember 2013).
Akuntansi Dasar 2-Modul. (diakses tanggal 2 Desember
2013)