Jumat, 09 Januari 2015

SISTEM BIAYA PESANAN



TUGAS KELOMPOK
AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen : Dr. H.OYONG LISA.SE.MM.Ak


SISTEM BIAYA PESANAN

3 AKUNTANSI 2
 











Disusun oleh :
KELOMPOK 10
HALIMATUS SA’DIYAH              212131568
NUR DIAN PRAMITASARI         212131602
SITI MAKHFIDAH                         212131622

Program Studi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA GAMA LUMAJANG


A.    Biaya Berdasarkan Pesanan dan Biaya Berdasarkan Proses

Sistem job order dirancang untuk mengawasi biaya perusahaan dalam menghasilkan atau mengerjakan masing-masing pekerjaan pesanan. Misalnya, sebuah percetakan berdasarkan pesanan mungkin akan menggunakan sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan pekerjaan. Sebuah perusahaan yang membuat perahu pesiar berdasarkan pesanan juga akan menggunakan sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan pekerjaan. Dalam sistem seperti itu catatan biaya tertentu dibuat untuk masing-masing pekerjaan. Catatan tersebut dengan demikian mengumpulkan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik untuk setiap pekerjaan. Harga jual pesanan dapat dibandingkan dengan total biaya pesanan tersebut; dan ketiga unsur biaya pesanan tersebut (bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) dapat dianalisa untuk keperluan pengawasan dan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan harga pekerjaan yang sama dimasa datang.
Sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dirancang untuk mengawasi biaya bagi perusahaan yang menghasilkan barang secara massal. Misalnya, industri pengolahan makanan dapat menghasilkan ribuah kaleng makanan dalam sehari. Tekanan pengawasan dalam pabrik ini bukanlah pada unit atau pekerjaan satu per satu (kaleng makanan) tapi tekanan diarahkan pada pengawasan proses operasi dalam pabrik. Sebuah pabrik yang menghasilkan komponen mobil secara missal. sebagai contoh, dapat dibagi menjadi empat departemen: departemen pemotongan, departemen trimming, departemen perakitan, dan departemen pengecatan. Dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan proses, catatan biaya dibuat menurut departemen (dan bukannya menurut masing-masing pesanan). Ketiga unsur biaya (bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) dapat dianalisa dan dikendalikan untuk setiap departemen.
Perbedaan secara umum, karakteristik Penentuan harga pokok pesanan dan proses, masing-masing metode tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:


Metode Kalkulasi Harga Pokok
(Cost Accumulation Method)
Biaya Pesanan
(Job Order Costing)
Biaya Proses
(Process Costing)
Harga Pokok
Biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan/ kontrak/ jasa secara terpisah dan setiap pesanan/kontrak/ jasa dapat di-pisahkan identitasnya
Biaya dikumpulkan untuk setiap/satuan waktu tertentu
Dasar kegiatan
Pesanan langganan
Budged produksi / skedul produksi
Tujuan Produksi
Melayani pesanan
Persediaan yang akan dijual
Sifat produksi
Intermiten
Kontinyu
Bentuk produksi
Tergantung spesifikasi pemesan dan dapat dipisahkan identitasnya
Homogen/standar
Biaya produksi dikumpulkan
Setiap pesanan (sesuai dengan biaya yang dinikmati)
Setiap satuan waktu
Kapan biaya produksi dihitung
Pada saat pesanan selesai
Pada akhir periode /satuan waktu
Harga pokok dihitung dengan
Harga pokok pesanan tertentu dibagi Jumlah produk pesanan
Harga pokok pada persentase tertentu dibagi jumlah produk pada periode ybs.
Contoh
Percetakan, kontraktor me-bel, konsultan, kantor akun-tan, karoseri dan lain-lain
Kertas, tekstil, botol, semen, air minum, petrokimia dll





B. Ilustrasi Sistem Akuntansi Biaya Perpetual
Perusahaan menggunakan sistem akunansi biaya menurut pesanan atau sistem akuntansi biaya berdasarkan proses, prosedur atau sistem akuntansi biaya berdasarkan proses, prosedur dasar tertentu untuk pengumpulan biaya adalah sama dalam kedua sistem tersebut. Ilustrasi JO-1 pada halaman berikut menunjukkan suatu sistem akuntansi biaya yang menggunakan persediaan perpetual. Perhatikan hubungan dari ketiga persediaan perpetual (bahan baku dan penolong, barang dalam proses, dan barang jadi) dan perkiraan lain yang tersangkut dalam sistem dasar ini.
C. Catatan-catatan dan Transaksi Perusahaan dan Pencatatannya

Ayat jurnal harian dan pencatatan apa yang tersangkut dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan/job order?
Bagian ini menerangkan secara terinci berbagai akuntansi biaya berdasarkan pesanan. Dengan menggunakan berbagai contoh, kita akan membahas ayat jurnal harian dan pembukuan yang terdapat dalam sistem ini.

1.      Akuntansi untuk bahan baku.
 Buku besar sebuah perusahaan manufaktur mencakup sebuah perkiraan persediaan yang dinamakan persediaan bahan baku dan penolong (perhatikanlah Ilustrasi JO-1). Perkiraan asset lancar ini biasanya mempunyai saldo debit pada awal dan akhir setiap masa pembukuan. Kalau sebuah perusahaan menggunakan berbagai jenis bahan aku dan penolong, sejumlah buku pembantu dapat dibuatu memberikan rincian perkiraan buku besar. Buku pembantu seperti itu biasanya dinamakan buku pembantu bahan baku atau buku gudang. Contoh buku gudang yang umum terdapat pada Ilustrasi JO-2.
Sebagai buku pembantu, buku gudang dapat dipakai untuk beberapa tujuan. Pertama, kartu tersebut berisi catatan kuantitas setiap bahan baku yang masih ada dalam pesediaan. Kedua, kalau kartu tersebut menunjukkan bahwa pesediaan telah mencapai suatu tingkat tertentu (titik pemesanan kembali), suatu pesanan dapat dilakukan untuk mengisi persediaan. Dan ketiga, buku gudang ini memberikan bukti tertulis bahwa semua bahan baku yang dibeli benar-benar dipergunakan dalam produksi.


 












ILUSTRASI  SISTEM  AKUNTING  BIAYA  YANG

MENGGUNAKAN  PERSEDIAAN  PERPETUAL


PERSEDIAAN  BAHAN  BAKU

DAN  PENOLONG




Bahan AwalBahan baku dan





















dan

penolong yang























dipindahkan ke























produksi

OVERHEAD  PABRIK
PERSEDIAAN  BARANG  DALAMPERSEDIAAN  BARANG  HARGA  BARANG  POKOKYANG  D

Bahan









Pembelian Bahan penolong (Suatu Perkiraan
(Suatu Perkiraan

(Suatu Perkiraan
(Suatu Perkiraan bia





Penolong

baku

yang dipakai

































dalam pabrik  Bahan penolong
Saldo awal
barang

Persediaan
awal
Harga
pokok











yang dipakai
dalam
proses

barang
jadi
barang
yang









Biaya prasarana
Bahan baku yang
Harga pokok barang
dijual

Biaya






lainnya
Biayaoverheadyang
digunakan dalam










dibebankan pada

yang diselesaikan














Penghapusan


produksi





































Produksi




Harga pokok














asuransi,
Biayadoverhepabrik


















barang yang


































Bahan tenaga kerja
yang dibebankan pada


dijual








PERSEDIAAN  BAHAN  BAKUtidak langsung
produksi












DAN  PENOLONG








Total biaya barang















Biaya tenagadijkerja(termasuk bahan




















langsungbaku,yang tenaga kerja








Total

Biaya tenaga























dipergunakanlangsung,dalam dan biaya




Biaya



pabrik

kerja langsung






















produksidoverhepabrik










biaya tenaga
Biaya prasarana




































langsung dan tidak





































Biaya tenagalainnya (tenaga listrik,














langsung


Asuransi
















kerja tidak penghapusanlangsung












JIka pabrik memerlukan bahan baku, suatu dokumen sumber yang dinamakan bon permintaan bahan dibuat untuk memberikan wewenang pada petugas gudang untuk memindahkan bahan ke pabrik. Bon permintaan barang yang umum terlihat pada Ilustrasi JO-3
Ilustrasi JO-2
KARTU GUDANG
Stoc account no. . . . . . . . . .
Nama barang. . . . . . . . . . . .                Batas pemesanan kembali. . . . . . . . . . . .
Lokasi dalam gudang. . . . . .               Jumlah pemesanan kembali. . . . . . .. . . .
Tgl
Ref
Penerimaan
Pemakaian
Neraca

jml unit
biaya unit
total biaya
jml unit
biaya unit
total biaya
jml unit
biaya unit
total biaya















Buat harian serba-serbi berikut ini menunjukkan dua ayat yang berkaitan dengan bahan baku dan bahan penolong.
Tgl
Keterangan
Jumlah (dalam ribuan)
2007 agus
18

30


Pesediaan bahan baku dan penolong

              Utang dagang
Dibeli bahan baku dan pembantu dari Star Corporation, syarat 2/10, n/30.


Persediaan barang dalam pengerjaan

Overhead pabrik
               Bahan baku dan pembantu
(Pemakaian bahan baku dan penolong untuk produksi: Bon permintaan barang 904 sebesar Rp 1.000 dan bon permintaan barang 905 Rp 400.)
2.000



1.000
400


2.000





1.400

Ayat jurnal pertama menunjukkan pembelian bahan baku dan pembantu secara kredit. Perkiraan persediaan bahan baku dan penolong didebit untuk pembelian tersebut sehingga saldo perkiraan tersebut dapat terus diikuti. Setiap kali perkiraan ini bertambah, buku pembantu (kartu barang) yang besangkutan juga bertambah. Misalnya, kalau pembelian sebesar Rp 2.000 terdiri atas Rp 200 komponen 123 dan Rp 1.800 komponen 435, maka Rp 200 akan dibukukan pada kartu barang 123 sebagian suatu penambahan (dalam kolom ”diterima”) dan Rp 1.800 akan dibukukan pada kartu barang untuk komponen 435 seperti itu juga.
Setiap saat, total semua saldo kartu gudang sama dengan saldo perkiraan persediaan bahan baku dan penolong di buku besar.
Ilustrasi JO-3
BON PERMINTAAN BARANG
Diminta oleh. . . . . . . . . . . .   .            Bon permintaan barang no. . . . . . . . . . . . . .
(tanda tangan)
Diberikan oleh. . . . . . . . . . . .              Dibebankan pada pekerjaan no. . . . . . . . . .
(tanda tangan)
Nomor kartu barang
Nama barang
Jumlah unit
Harga per unit
Total harga







Ayat jurnal harian kedua menunjukkan pengeluaran bahan baku dan penolong sebesar Rp 1.400 ke pabrik dari gudang. Bon permintaan bahan merupakan dokumen sumber untuk mendukung ayat jurnal ini. Ayat tersebut menunjukkan bahwa bahan baku sebesar Rp 1.000 diserahkan untuk pekerjaan produksi. Oleh karena itu, perkiraan persediaan barang dalam proses didebit sejumlah itu. Kalau bahan tidak langsung dan pembantu (bahan yang tidak langsung dipergunakan dalam pembuatan produk) dikeluarkan, perkiraan overhead pabrik didebit. Saudara dapat menelusuri pengeluaran ini pada ilustrasi JO-1. Perhatikan bahwa perkiraan overhead pabrik merupakan suatu perkiraan sementara; saldonya akhirnya menjadi bagian dari persediaan barang dalam proses.
Buku pembantu juga harus dibuat untuk perkiraan persediaan barang dalam proses. Buku pembantu untuk persediaan dalam proses. Buku pembantu untuk persediaan dalam proses adalah kartu biaya pekerjaan atau buku pembantu biaya pekerjaan/Job cost card/Job cost sheet–kartu biaya pekerjaan. Ilustrasi JO-4 menunjukkan suatu kartu biaya yang umum. Sebuah kartu dibuat untuk setiap pekerjaan.
Pada saat bahan baku diminta dan dipindahkan dari gudang untuk dipergunakan pada pekerjaan, perkiraan persediaan dalam proses didebit dan perkiraan persediaan bahan baku dan penolong dikredit (seperti diperlihatkan dalam contoh di atas). Setiap kali persediaan dalam proses di debiet untuk bahan, kartu biaya pekerjaan yang bersangkutan dipakai untuk mencatat pemakaian bahan. Pasangan kolom yang pertama pada kartu biaya pekerjaan menunjukkan jumlah rupiah bahan yang dipakai dan referensi, biasanya nomor bon permintaan bahan.
Ilustrasi JO-4
BON PERMINTAAN BARANG
Pekerjaan no. . . . . . . . . . . . .
Nama pekerjaan. . . . . . . . . .
Tanggal dimulai. . . . . . . . . . . selesai diperkirakan tanggal . . . . . . . . .
selesai tanggal. . . . . . . . . . .
Bahan Baku
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Referensi
Jumlah
Referensi
Jumlah
Referensi
Jumlah






Total biaya pekerjaan:

Harga jual pekerjaan

Bahan baku
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Komentar

Contoh lain bentuk kartu job order dengan kolom-kolom yang telah terisi ditampakkan pada Ilustrasi JO-5 pada halaman berikut ini:
Ilustrasi JO-5
KARTU BIAYA PEKERJAAN/PESANAN

PT Usaha dengan Pabrik Sendiri        Job Order No 534
Malang

Untuk              : SMKN 1 Alengka                            Tgl Pesan : 10/5/….
Produk             : Kaos olahraga                                  Tgl Mulai : 14/5/….
Spesifikasi       : Sablon plastic                                   Tgl Minta : 22/5/....
Banyaknya        : 2 koli                                               Tgl Selesai : 20/5/....
Bahan Baku
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Tanggal
Jumlah
Tanggal
Jumlah
Tanggal
Jumlah
14/5/....
19/5/....
20/5/....
4.200.000
780.000
620.000
14/5/....
17/5/....
18/5/....
19/5/....
20/5/....
780.000
560.000
560.000
240.000
300.000
20/5/....
3.050.000
Jumlah
5.600.000
Jumlah
2.440.000
Jumlah
3.050.000
                                                                               
Bahan Baku         Rp 5.600.000
Upah Langsung        2.440.000
Biaya Overhead        3.050.000
Jumlah                   11.090.000

Harga jual                       Rp 18.500.000
Biaya pabrik     11.090.000
Biy. pemasaran 1.760.000
Biy. Adm & Um. 1.250.000
Biy. Prod. & Penj.                 14.100.000
Laba . . . . . . . . . . . . . . .         4.400.000



2. Akuntansi untuk tenaga kerja langsung.
Unsur biaya yang kedua, tenaga kerja langsung ditampang untuk sementara dalam suatu perkiraan yang dinamakan upah pabrik. Perhatikanlah kembali Ilustrasi JO-1. Ketika upah pabrik dipersiapkan, ayat berikut ini dibuat:
2007 Agus
Daftar upah tenaga kerja
      Beban pajak (utang)   
      gaji yang masih harus
      dibayar
5000


400
4.600
Perkiraan upah pabrik mencakup biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung (gaji pengawas yang berkaitan dengan semua pekerjaan dan karena itu dianggap biaya overhead pabrik). Oleh karena itu upah pabrik selanjutnya dianalisa dan diklasifikasikan menjadi dua kategori tenaga kerja. Ayat jurnal yang dibuat:
2007 Agus
Persediaan barang dalam pengerjaan

Overhead pabrik
          upah
          Daftar upah tenaga kerja untuk pemindahan neraca  kedaftar upah tenaga kerja untuk kartu biaya pekerjaan (untuk tenaga kerja langsung dan untuk overhead pabrik)
4.000

1.000



5.000
Perkiraan sementara, upah pabrik, dikurangi menjadi nol dengan ayat tersebut. biaya tenaga kerja langsung ditentukan sebesar Rp 4.000; oleh karena itu jumlah ini jumlah ini didebitkan langsung pada perkiraan persediaan barang dalam proses, yang akhirnya akan menjadi bagian dari persediaan barang dalam proses.
Setiap kali perkiraan persediaan barang dalam proses didebit untuk tenaga kerja langsung, kartu biaya pekerjaan pendukungnya harus diperbarui. Biaya tenaga kerja langsung dipindahbukukan ke kartu biaya pekerjaan untuk pekerjaan yang bersangkutan. Misalnya, andaikan bahwa biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 4,000 dipergunakan sebagai berikut: Rp 1,000 untuk pekerjaan 241, Rp 500 untuk pekerjaan 244, dan Rp 2,500 untuk pekerjaan 600. dalam hal ini setiap jumlah harus dipindahkan pada kartu pekerjaan yang bersangkutan.
Akuntansi untuk overhead pabrik. Seperti terlihat pada Ilustrasi JO-1, perkiraan overhead pabrik adalah suatu perkiraan sementara yang dipergunakan untuk mengumpulkan biaya overhead sebelum biaya ini menjadi bagian dari persediaan barang dalam proses. Perkiraan overhead pabrik didebit untuk:

1. Semua bahan tidak langsung yang dipergunakan dalam pabrik.
2. Semua biaya tenaga kerja tidak langsung.
3. Biaya overhead pabrik lainnya seperti tenaga listrik, penghapusan pabrik dan mesin-mesin, asuransi pabrik dan lain-lain.
Pada waktu biaya overhead pabrik lainnya menjadi beban, perkiraan overhead pabrik didebit dan perkiraan kas, utang, cadangan penghapusan atau perkiraan lainnya yang bersangkutan dikredit, tergantung pada keadaan. Kebanyakan perusahaan juga membuat perkiraan pembantu untuk overhead juga membuat perkiraan pembantu untuk overhead pabrik. Perkiraan pembantu ini mempunyai satu kartu untuk setiap jenis overhead. Setiap kali persediaan overhead pabrik pada buku besar didebit, perkiraan pembantu yang bersangkutan juga didebit untuk membuat catatan yang terinci mengenai komposisi biaya overhead.
Perhatikanlah Ilustrasi JO-1 bahwa perkiraan overhead pabrik dikredit dan perkiraan persediaan barang dalam proses didebit untuk memindahkan biaya overhead pabrik ke barang dalam proses. Suatu ayat buku harian dibuat untuk membukukan pemindahan ini seperti berikut:
2007 Agus
Persediaan barang dalam proses

    Overhead pabrik untuk
     membebankan overhead
     pabrik pada pekerjaan
3000


3000
Proses pemindahan biaya overhead pada barang dalam proses biasanya dilakukan berdasarkan taksiran karena manajemen tidak dapat menunggu sampai akhir periode ketika semua biaya overhead telah terjadi dan dibukukan. Kartu biaya pekerjaan harus dibukukan setiap hari supaya total dapat diawasi secara efektif. Misalnya, beberapa pekerjaan mungkin diselesaikan dalam pabrik setiap hari. Total biaya untuk setiap pekerjaan ini harus dihitung sebelum semua biaya overhead dibukukan untuk bulan yang bersangkutan (biaya tenaga listrik, misalnya).
Salah satu cara yang umum memperkirakan biaya overhead yang dibebankan pada pekerjaan dapat dijelaskan dengan contoh ini. Misalkan bahwa sebuah perusahaan memperkirakan akan mengeluarakan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 50,000 dalam melakukan pekerjaannya pada masa pembukuan yang akan datang. Angka ini merupakan perkiraan terbaik yang dapat dibuat oleh manajemen. Perkiraan ini didasarkan pada informasi yang tersedia mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan dan biaya tenaga kerja langsung. Selanjutnya, diandaikan bahwa perusahaan memperkirakan akan mengeluarkan biaya overhead apbrik sebesar Rp 40,000 dalam jangka waktu yang sama. angka ini juga merupakan perkiraan terbaik yang dapat dibuat oleh manajemen. Jika perkiraan ini wajar, maka dapat disimpulkan bahwa: untuk setiap rupiah tenaga kerja langsung, diperkirakan biaya overhead akan sebesar 80 rupiah. Artinya, biaya overhead pabrik diharapkan berjumlah 80% dari biaya tenaga kerja langsung. Dalam bentuk persamaan:
Tarip  overhead    =   biaya overhead pabrik yang ditaksir       x 100%
                                           Biaya tak langsung yang ditaksir
   =   40.000
                                                           50.000
               =  80%
Tarip biaya overhead dapat dipergunakan sebagai dasar untuk memindahkan biaya overhead pabrik kepekerjaan dalam proses dan pada kartu biaya pekerjaan. Misalnya, kalau biaya tenaga kerja langsung untuk satu hari berjumlah Rp 1000, maka biaya overhead pabrik adalah diperkirakan berjumlah Rp 800 (80% dari Rp 1000). Ayat debit akan dimasukan pada perkiraan persediaan barang dalam proses (dan juga ke kartu biaya pekerjaan) sebesar Rp 800 dan kredit pada perkiraan overhead pabrik. Banyak perusahaan juga  menghitung biaya tenaga kerja langsung untuk pekerjaan setiap hari sehingga angka biaya yang paling akhir dapat dipergunakan untuk pengawasan.
Pada akhir masa pembukuan, jika perkiraan yang dibuat benar, sisi debit perkiraan overhead pabrik akan berjumlah Rp 40,000, biaya overhead pabrik yang benar-benar terjadi; dan sisi kredit perkiraan biaya overhead pabrik juga akan berjumlah Rp 40,000 (dihitung 80% dari biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 50,000). Tentu saja, perkiraan yang dibuat akan berbeda sedikit dari waktu ke waktu. Unit berikutnya akan menjelaskan pengaruh akuntansi dari setiap saldo perkiraan biaya overhead pabrik yang tersisa pada akhir masa pembukuan. Akuntansi untuk barang yang
telah selesai. Kalau suatu pekerjaan telah selesai, kartu biaya pekerjaan tersebut menunjukkan total biaya pekerjaan tersebut, meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Pekerjaan tersebut sekarang merupakan bagian dari barang jadi dan siap untuk dijual. Misalnya, andaikan bahwa pekerjaan 484 telah selesai dengan total biaya sebesar Rp 3,218. ayat jurnal untuk menujukkan penyelesaian pekerjaan adalah
2007 Agus
Inventaris barang jadi
      Inventaris barang dalam
      proses pekerjaan 484
3.218



3.218
Kartu biaya pekerjaan (No.484) akan dipindahkan dari buku pembantu yang menunjang persediaan barang dalam proses dan disimpan untuk keperluan di masa datang. Buku pembantu barang jadi akan dibuat untuk mendukung perkiraan persediaan barang jadi. Kartu biaya pekerjaan yang telah selesai dapat dipergunakan untuk ini.
Akuntansi untuk penjualan pesanan. Jika pekerjaan No. 484 dijual dengan harga Rp 4,000, ayat berikut akan dibuat:
2007 Agus
Beban pokok penjualan barang
       Persediaan barang jadi
Piutang dagang
        Penjualan
 (Dijual pekerjaan 484, harga pokok Rp 3,218, seharga Rp 4,000)
3.218

4.000


3.218

400


 


Daftar Pustaka

Sadeli. Lili. Siswanto. Bedjo. 2004. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Sinar
         Grafika. Offset
Aldy. Kusuma. 2011. Proces cost vs job order costing.   
          www.matakuliah88.blogspot.com. Diakses tanggal 15 September 2014
modul sistem biaya pesanan Beban Pokok Produksi Pesanan (job order costing)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar